Cuman Banci yang pasang Stop Loss!!

Ada lagi yang mengatakan Stop Loss bikin bangkrut, karena tersentuh lebih dahulu sebelum menyentuh TP. Yang lebih hebat lagi adalah ungkapan ‘Marginku adalah Stop Loss ku’. .

Trading is so Simple...

Tulisan ini saya tujukan terutama bagi para pemula atau siapapun anda yang berpikir bahwa trading itu begitu rumit. Apa yang membuat anda memiliki pemikiran seperti itu?

Trade the News

Dengan memahami bagaimana memanfaatkan hal ini, anda dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan profit.

Kenali Resiko Anda

Kadang kala, seseorang berkonsentrasi pada seberapa banyak yang akan dihasilkan, dan tidak terlalu percaya bahwa situasi dapat saja berubah menjadi loss. .

" Trading for Living " mampukah anda?

Dengan kata lain, anda "harus" menghasilkan cukup profit yang terkadang pada kenyataanya, profit yang dihasilkan tidak pernah cukup. Mengapa? .

Friday 22 February 2008

Survive!! and you will win this game. . .

Setelah mengamati data statistik dan pola grafik selama 10 tahun ke belakang, belum pernah kami mendapati kondisi pasar begitu "gila" seperti beberapa bulan terakhir ini. Ada saat ketika satu atau dua sektor pasar begitu "gila" namun belum pernah hampir seluruh sektor mengalami sesuatu yang di luar kebiasaan seperti saat ini. Coba kita lihat beberapa data di bawah ini:

- Harga emas belum pernah setinggi ini.
- Harga tembaga belum pernah setinggi ini.
- Harga minyak mentah belum pernah setinggi ini
- Gandum, kedelai, dan beberapa komoditi lainnya belum pernah
setinggi ini
- Beberapa pair mata uang mengalami volatilitas yang belum pernah
kita lihat lagi sejak peristiwa 9/11 (7 tahun)
- S&P terlihat jatuh 22% dari titik puncaknya menuju low sejak
Oktober (4 bulan)
- Obligasi jangka panjang (30 tahun) terus mencoba menguji level
tertinggi sepanjang masa

Segalanya terlihat begitu "gila", yang berarti resiko juga meningkat tajam.

Begitu banyak sistem trading yang bertumbangan dengan cara yang belum pernah dialami , bahkan sejak pertama kali diciptakan. Saya sendiri jujur mengakui, dari 6 akun, 3 akun saya luluh lantak terkena Margin Call. Mungkin anda pernah mendengar tentang John Henry? orang yang bagi sebagian kita dianggap sebagai master (guru) hedge fund, menutup posisi 4 atau 5 currency funds nya tahun kemarin. Bahkan posisi yang masih di pertahankannya, menurun nilainya sebesar 30% pada 2007 lalu.

Trader-trader hancur saat berusaha mencari "top dan bottom", banyak pula yang gagal mencoba mendefinisikan pola wave, bahkan para market timers tersandung oleh whipsaw ketika keadaan market terlihat begitu gampangnya di prediksi.

Namun, ada berita baik untuk anda. Anda tidak perlu terjebak dalam kepanikan oleh kondisi tersebut diatas. Ketika keadaan mulai "menggila", panik hanya akan melanda bagi para trader yang tidak siap. Besarnya drawdown dan kepanikan hanya melanda bagi trader yang tidak secara benar mempersiapkan diri.

Jujur, saya belum pernah melihat keadaan segila ini pada saat yang bersamaan. Prinsip yang selama ini saya pegang pun, tidak dapat mencegah saya untuk membuka posisi, tidak juga mencegah saya mengalami drawdowns yang lumayan besar. Tidak ada yang dapat menghalangi saya untuk membuka posisi, ketika waktu untuk trading datang. Namun prinsip itulah yang menyelamatkan saya, apapun kondisinya.

Prinsip tersebut menjadi misi saya nomer 1 dalam trading, yakni, Bertahan Untuk Tetap Eksis.

Pertanyaan yang sering dilontarkan, baik oleh trader amatiran maupun profesional, adalah "Berapa banyak yang mampu saya hasilkan?". . . dan bagi saya ini adalah pertanyaan yang sangat penting. Namun, bagaimanapun, bila anda tidak bertahan untuk survive dalam keadaan "gila" seperti saat ini, seberapapun banyaknya yang telah anda hasilkan, saya yakin, "the game will be over".

Memprioritaskan "survive" sebagai tujuan utama, dapat membantu anda melakukan banyak hal sekaligus. Faktor tamak (greed) adalah satu dari sekian banyak hal yang dapat di hindari dengan berpegang pada prinsip ini. Hal ini membuat anda tetap sadar bahwa 95% trader berakhir dengan kegagalan, dan mungkin anda bisa menjadi salah satu dari 95% tersebut bila anda tidak mencoba "survive" mulai DARI SEKARANG.

Fokus dan mengutamakan "survive" juga membuat anda akan bertanya, dimana pertanyaan tersebut jarang di lontarkan oleh para trader, misalnya: apa yang akan terjadi, bila sebuah sistem gagal dan anda mengalami drawdowns super besar? apakah anda akan tamat? bila anda menjawab, ya, bisa di artikan anda meresikokan terlalu banyak. Sebaiknya anda menggunakan sistem yang memiliki resiko lebih kecil, atau, anda perlu membuka posisi dengan lot yang lebih kecil.

Pengalaman dengan banyak trader yang saya alami, termasuk saya sendiri, kegagalan paling utama yang menyebabkan seorang trader tumbang, adalah OVERTRADING. Mereka meresikokan terlalu banyak ketika memulai, tidak berpikir dulu bagaimana cara untuk "survive", malahan berpikir bagaimana saya akan "menghajar" habis semua profit yang mungkin di dapat. . .serta membayangkan sebuah liburan mewah yang sangat menyenangkan dengan hasil trading yang akan diperoleh.

Jangan salah sangka, memposisikan diri untuk mendapat return yang besar sebagai tujuan utama adalah baik, sangat baik bahkan. Namun, jangan sampai mengabaikan faktor resiko yang mungkin datang, kenali dan manage resiko, itu kuncinya.

Mulai dari sekarang, tanya diri anda sendiri, "apakah saya telah dengan baik mempersiapkan diri menghadapi kondisi "gila" yang di luar prediksi, dan tetap eksis?" bila jawabannya, tidak, anda perlu untuk menuliskan dengan baik di secarik kertas tentang apa yang saat ini anda kerjakan dalam trading, dan cobalah untuk mencari resiko yang timbul dalam keadaan terburuk yang mungkin saja terjadi.

============
Happy Trading!
============

Monday 18 February 2008

The US sub-prime mortgage crisis

Krisis sub-prime mortgage di Amerika telah membawa kehancuran harga property, menciptakan perlambatan ekonomi di Amerika, bahkan dunia, dan kerugian yang sangat besar pada industry perbankan.
Semua krisis itu berawal dari perubahan fundamental pada sistem pemberian kredit. Kredit subprimer atau dalam istilah asing disebut subprime lending, ataupun sering juga disebut B-Paper (surat utang peringkat "B") , adalah suatu istilah yang digunakan pada praktek pemberian kredit kepada peminjam yang tidak memenuhi persyaratan kredit untuk diberikan pinjaman berdasarkan suku bunga pasar, karena debitur tersebut memiliki "catatan kredit" yang kurang baik. Kredit subprimer ini sangat beresiko baik bagi pemberi pinjaman (kreditur) maupun bagi peminjam (debitur) oleh karena kombinasi antara tingginya suku bunga yang dikenakan, catatan kredit yang buruk, dan kerap kali dalam permohonan kredit ditemui pula situasi keuangan debitur yang kurang baik.
Sedangkan Subprime mortgages atau Kredit pemilikan rumah (KPR) subprimer, adalah kredit subprimer dengan jaminan berupa hak tanggungan . Sebagaimana pada umumnya kredit subprimer, maka kredit subprimer jenis ini adalah ditentukan berdasarkan jenis nasabah. Menurut John Lonski, kepala ekonomi pada Moody's In­vestors Service, walaupun tidak semua KPR masuk dalam kategori ini, sekitar 21% dari seluruh kredit pada rentang tahun 2004 dan 2006 adalah merupakan pinjaman KPR subprimer naik 9% dibandingkan periode 1996 hingga 2004. Keseluruhan KPR subprimer bernilai 600 Milyar USD pada tahun 2006, atau senilai 1/5 dari pasar KPR Amerika.
Diawali pada akhir tahun 2006, industri KPR subprimer di Amerika memasuki suatu masa yang disebut "masa kehancuran KPR subprimer". Tingginya angka penyitaan jaminan KPR subprimer ini telah menyebabkan lebih dari 24 perusahaan pemberi pinjaman KPR subprimer mengalami pailit, salah satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial Corporation, yang merupakan perusahaan KPR subprimer terbesar kedua di Amerika. Kehancuran dari perusahaan-perusahaan KPR subprimer ini telah mengakibatkan harga pasar saham berbasis Real estate investmen trus senilai 6.5 triliun USD jatuh dan membawa pengaruh meluas terhadap bursa saham Amerika serta ekonomi secara keseluruhan. Kris ini masih berlanjut terus dan telah mendapatkan perhatian serius dari media massa di Amerika serta pembuat undang-undang pada awal tahun 2007.
Hancurnya sektor property Amerika, kini mempengaruhi perekonomian secara luas, karena selama ini industry perumahan menyokong kurang lebih 15% dari keseluruhan ekonomi Amerika. Para pakar ekonomi memperkirakan, efek dari krisis KPR suprimer ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Amerika sebesar 1 hingga 1.5% , dibandingkan pertumbuhan saat tahun sebelumnya yang mencapai 3.9%.
source : http://newsvote.bbc.co.uk/ & Wikipedia
==============
Happy Trading
==============

Saturday 9 February 2008

Demam Investasi Dinar Irak

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan email dari Pak Sutrisno dari Gresik: “Di kantor tempat saya bekerja orang sedang beramai-ramai berburu dinar Irak. Menurut mereka, investasi dalam dinar akan sangat menguntungkan. Sebelum perang Irak, nilai tukar dinar katanya lebih dari tiga dollar AS, sedangkan sekarang nilainya kurang dari seperlimaratus sen dollar. Menurut mereka, sebentar lagi Presiden Bush harus lengser dan Amerika kemungkinan besar akan mundur dari Irak. Dengan demikian dinar Irak akan pulih. Berarti, investasi pada dinar akan menghasilkan laba ribuan kali. Saya sungguh tergoda, tetapi apakah benar ada investasi yang memberikan untung ribuan kali?”

Benar, Anda semua juga pasti tahu bahwa saat ini demam dinar Irak memang sedang melanda berbagai belahan dunia, mulai dari pojok-pojok kota di Pakistan, Indonesia, Amerika dan banyak negara di dunia. Cara berpikir para spekulan itu sama persis, yakni bahwa nilai tukar dinar Irak sekarang sudah sangat luar biasa murahnya, ratusan ribu persen di bawah nilai tukar sebelum Sadham Hussein digulingkan. Mereka berpikir dinar tidak mungkin turun lebih rendah lagi, sehingga satu-satunya kemungkinan adalah menguat.

Di Indonesia sama saja. Pedagang ramai berjualan dinar, pembeli berebut. Ada teman saya yang enggan membeli dari pasar dalam negeri dan memilih untuk membeli dinar dari luar negeri. Setiap kali ada teman pergi keluar negeri, terutama ke daerah Timur Tengah, oleh-oleh yang dimintanya adalah dinar Irak.

Bagaimana kita harus menyikapi investasi ini? Bagaimana prospeknya? Bagaimana risikonya? Sampai saat ini yang selalu digembar-gemborkan adalah potensi keuntungannya. Hampir tidak ada yang menyajikan risiko dari investasi. Demi netralnya saya memakai istilah itu, bukan spekulasi atau judi. Ini normal, karena sumber “analisa” umumnya berasal dari para pedagang, bukan dari pihak netral.

Tugas saya justru untuk mengingatkan bahwa kita perlu kembali ke prinsip dasar investasi: potensi untung sebanding dengan potensi rugi. Apakah saya meragukan bahwa dinar Irak akan kembali ke nilai sebelum perang? Bukan itu yang ingin saya katakan. Yang ingin saya katakan hanyalah bahwa kita perlu menyadari risiko dari setiap investasi.

Karena itu marilah kita melihat dari sisi positifnya dulu, yakni faktor-faktor apa saja yang mendukung investasi itu. Pertama, analisa teknikal yang banyak dipakai orang dalam kasus ini mungkin benar. Dinar sudah sampai pada titik nadir-nya, sehingga tidak mungkin turun lagi. Satu-satunya kemungkinan adalah naik, entah sampai ke level berapa.

Kedua, mungkin juga benar bahwa Amerika dan pasukan koalisi akan segera menarik pasukannya keluar dari Irak sehingga Irak akan bisa mengatur ekonominya sendiri. Banyak pihak menilai kemungkinan itu cukup besar, apalagi setelah George Bush tidak lagi menjadi presiden AS setelah pemilu mendatang. Kalau ini yang terjadi, Irak akan kembali bisa mengeksploitasi minyaknya, dan negara itu akan mendapatkan momentum yang baik di tengah harga minyak dunia yang terus melambung. Kalau sekarang harga minyak sudah mencapai sekitar US$90 per barrel, berapa harga minyak setelah Amerika dan pasukan koalisi keluar dari sana? Ini akan jadi mesin uang Irak.

Ketiga, pembangunan kembali Irak pasti akan mendatangkan banyak dukungan investor asing karena bagaimana pun juga ada begitu banyak potensi di dalam negeri Irak. Kemakmuran Irak akan berarti peluang bisnis yang lebih besar bagi investor yang lebih dulu datang ke negeri itu.

Keempat, dari berbagai laporan Bank Sentral Irak tampak terus berusaha keras untuk menahan laju inflasi, musuh besar satu perekonomian yang sedang dilanda krisis. Kalau bank sentral itu sukses mengendalikan inflasi, dampaknya pasti akan sangat positif bagi nilai tukar mata uang setempat.

Faktor Risiko

Tentu saja kita masih bisa menggali banyak alasan yang mendukung investasi pada dinar. Namun sekali lagi tugas saya justru mengingatkan risikonya karena sudah terlalu banyak sisi positif yang dikupas. Mari kita membuat analisa sederhana dengan membuat beberapa pertanyaan, dan silakan Anda sendiri yang menjawab. Pertanyaan pertama dimulai dari logika pasar. Kalau Anda punya satu asset yang Anda yakin dalam tiga tahun nilainya akan naik 1000 kali lipat, apakah Anda akan menjualnya? Jangankan 1000 kali lipat, naik 100 kali lipat saja, apakah Anda masih mau menjualnya? Jadi, mengapa masih banyak orang yang menjual dinar kalau mereka sendiri sangat yakin bahwa dalam tiga tahun akan untung ratusan atau ribuan kali? Gampangnya saja, saat ini anda punya satu unit rumah dan rumah itu akan menjadi seratus unit, atau bahkan seribu unit dalam tiga tahun, masihkah Anda ingin menjualnya? Baiklah, tidak usah ekstrim menjadi seratus rumah, tetapi menjadi sepuluh. Masih ingin menjual?

Kedua masih dalam rangka logika pasar, normalnya harga produk investasi juga ditentukan oleh ekspektasi. Contohnya, harga saham Barito Pacific sekarang ini lebih dari Rp4000. Padahal untung per sahamnya hanya Rp15. Mengapa orang mau beli saham perusahaan itu dengan harga Rp4.000? Alasannya sederhana, karena orang punya harapan bahwa tahun depan atau dua tahun lagi perusahaan ini akan untung jauh lebih besar. Jadi harga sekarang bergerak naik sampai ke angka yang “tidak masuk akal”, karena faktor harapan tadi. Pertanyaan saya, mengapa harga dinar sekarang tidak melakukan penyesuaian terhadap harapan tadi? Kalau diyakini dinar akan menguat ribuan kali, mengapa sekarang harganya relative tetap? Kalau si A yakin harga sebutir jagung tahun depan sebesar Rp10.000, dia pasti akan rela membeli dengan harga, katakanlah Rp5.000 walaupun di pasar harganya hanya Rp2.000. Jadi, mengapa harga dinar masih juga murah?

Ketiga, katakan saja presiden Amerika mundur dari Irak, siapa bisa memastikan ekonomi negara itu langsung akan pulih? Perang sudah dengan kejam menghancurkan segalanya. Infrastruktur di Irak sudah hancur. Utang luar negeri nenara itu mencapai US$125 miliar. Dan yang lebih parah, di dalam Irak sendiri ada faksi-faksi yang belum tentu akan langsung saling bergandengan tangan membangun kembali negeri itu. Di luar itu, siapa yang membentuk pemerintahan Irak sekarang? Amerika, bukan? Apakah rakyat Irak akan “happy” dengan pemerintahan sekarang kalau Amerika sudah hengkang? Kalau mereka tidak happy, apakah pemerintahan dan kehidupan bernegara akan stabil? Kalau di Irak ada sejumlah faksi yang saling berseberangan, bisakah mereka duduk bersama mengelola negara? Silakan jawab sendiri.

Keempat, kalau pasukan koalisi nanti mundur, bagaimana dengan persoalan “lama” dengan perbatasan? Iran yang pamornya di tingkat internasional kian melambung adalah tetangga dekat yang banyak punya persoalan dengan Irak, terutama menyangkut perkara-perkara kriminal di daerah perbatasan.

Kelima, saat ini dinar bukanlah mata uang yang diperdagangkan bebas karena keputusan bank sentral setempat. Lihat saja, apakah ada perdagangan dinar antarbank? Apakah dinar masuk dalam papan-papan perdagangan di bursa-bursa dunia? Tentu saja bank sentral setempat punya banyak pertimbangan, ekonomi dan politik, mengapa tidak membebaskan saja perdagangan mata uangnya dan secara ekonomi keputusan itu pasti mendapatkan banyak dukungan. Pada titik ini ada banyak pertanyaan yang bisa dikemukakan, tetapi saya hanya ingin mengajak Anda berpikir praktis dan sederhana saja. Katakan saja nilai dinar yang Anda pegang kelak naik. Lantas kepada siapa Anda akan menjualnya? Apakah “Bandar” Anda (atau situs internet yang menjual) akan mau membeli kembali? Kalau mau, bukankah aneh karena ada pedagang yang menjual murah untuk kemudian membeli pada harga yang mahal? Kalau mau menjual ke bank, bank mana yang berani membeli kalau bank sentral Irak menyatakan bahwa dinar Irak tidak untuk diperdagangkan?

Nah, silakan Anda menimbang-nimbang sendiri untung dan rugi investasi pada dinar. Saya sendiri, kalau ada modal dan punya akses terhadap sumber dinar, tentu akan memilih menjadi penjual dinar saat ini karena pasarnya memang sedang hot.[her]

* Her Suharyanto adalah penulis lepas dan editor ekonomi. Ia dapat dihubungi di: her_suharyanto@hotmail.com.

Dikutip dari www.pembelajar.com